26/09/2019,
Pagi 1 Mei 2019 dingin mendera membuat semangat untuk bangkit dari mimpi dan peraduan sedikit mendekap raga dan jiwa. Secangkir teh hangat dan cemilan khas pendaki sudah tersaji tanda rombongan sudah dari tadi beraksi di pagi ini. Badanku terasa berat untuk bergerak karena mata sulit terbuka. Virus itu benar-benar kini sempurna menghalangi pandangan mata.
“Ayo-ayo semangat..”, Mas Tri berteriak menggugah semua tim pendaki untuk segera bersiap-siap. Mendekati tenda, Mas Tri membantu untuk bangkit dan bersiap-siap. “Ayo sayang kita segera bergerak turun agar bisa berjalan santai sebelum malam.”
Ku lawan rasa letih dan sakit yg ada di tubuh ini agar segera bisa turun dan menyelesaikan pendakian kali ini.
Pasukan siap, sarapan bersama dan berfoto gembira. Si kecil ade Bintang jadi hiburan dan ajang kami semua menggoda. Perjalanan turun dari puncak Gunung Lawu dimulai. Terasa lebih ringan dan udara segar kami rasa. Suasana yg sedikit sekali kami alami saat awal mendaki karena start kami di malam hari. Satu per satu tanjakan kami turuni, saling menyemangati dan mencari spot-spot untuk kenang-kenangan pun kami sama-sama beraksi.
Jepret.. jepret.. walau mataku dan Mas Tri bengkak bersaing dengan pipi.
Akhirnya kami semua sampai di Pos awal sebelum pendakian, tempat para pendaki lapor diri sebelum dan sudah pendakian dilalui. Lega, letih, bangga, syukur dan bahagia rasa itu yang kami rasakan. Semua mampu melewati segala tantangan dan rintangan yg kemarin ada di depan mata. Akan saya rekam dalam jejak-jejak digital, memory hati dan pikiran serta mengambil kesimpulan dan hikmah dari sebuah perjalanan.
Itulah hidup seperti pendakian sebuah gunung. Semua berawal dari bawah perlahan berjuang untuk menanjak puncaknya. Ujian hidup pasti akan selalu menerpa. Walau hidup di dunia ini kita tau hanya sementara tapi Tuhan suka pada orang-orang yang mau bekerja dengan keras dan berusaha. Karena itu butuh semangat yang kuat utk bisa menaiki puncaknya.
Rasa sakit dan perih yg menghujam tubuh dan hati karena merasa pendakian lama dilalui. Itulah rasa sementara yg diberikan Tuhan untuk menguji. Disanapun kita akan mampu satu persatu mengenal watak seseorang dalam rombongan tipe peduli atau menang sendiri. Terkadang mungkin timbul pertanyaan, “mungkinkah akan mampu mengubah keadaan atau terpaksa mengikuti hawa nafsu setan ?”
Atau berada diantara benar atau salah yg semua tak mungkin diukur dengan rasa.
Kadang kita terlena hanya melihat kehidupan cerah seseorang yang telah mampu melewati puncak gunung kehidupan. Sementara pandangan hidup yang selalu melihat ke atas itu membuat kita akhirnya terlena dan jadi pemicu keinginan yg tiada habisnya.
Lantas bagaimana agar kita selamat menuju puncak tanpa harus takut salah arah dan tersesat ?
Bersujudlah, akui pada Tuhan semua kelemahan. Dia yg akan menguatkan dan membimbing kita.
Bermohon dan berdoalah, sampaikan pada Tuhan semua keluh kesah yang ada. Dia yg akan memberikan yg terbaik untukmu melalui caranya dan Dia akan menunjukkan semua kasih sayangnya kepadamu melalui jalanNya.
Percayalah cuma itu pintaNya pada hamba-hambaNya yg berpasrah agar sang Maha Kuasa yg akan membantu menapaki puncak pendakian kehidupan dan menuntun ketika kita harus menapaki turun serta kembali menghadapNya dengan cita2 berada dalam dekapan alam keabadian penuh cinta.
Tersenyumlah dan selalu bahagia karena kasihNya tak akan pernah meninggalkan kita walau sedetik saja.
Buat mas Tri terima kasih untuk kado terindah perkawinan kita. Semoga Allah merahmati serta melindungi perjalanan menuju puncak kehidupan sementara dan keabadian nanti.
Buat team pendakian dan sahabat semua terima kasih telah banyak yang kita lalui bersama, baik yg ikut tim pendakian maupun kehidupan nyata, bersama saya dan mas tri semua rasa dan suasananya sy rekam dlm jejak2 digital web pribadi saya ( wiwiek journey ), semoga rasa yg sama bisa akhirnya membuat cinta dan ketulusan ada dalam kehidupan kita….jgn lupa bahagia.